Telah Terbit

Telah Terbit
anda bisa memperolehnya di Sekretariat Amphiprion Scientific Club (ASC) FPIK Unhalu jm 08.00 WITA-16.00 WITA. Atau menghubungi Agen Kami : Syarwan (085756877699), Herman (085396040019) atau Lgsg menghubungi Penulis (085241612747). Untuk Delivery anda dapat mengirimkan alamat lengkap anda di no. penulis dan mengirimkan uangnya di No. Rekening kami. Stok terbatas, so dapatkan segera!

Sabtu, 04 Februari 2012


EKOSISTEM LAMUN MERUPAKAN PRODUSEN ORGANIK TERTINGGI
         Lamun adalah tumbuhan laut yang bisa berbunga, berbuah dan berbiji. Sistem akar yang dimilikinya membantu melekat pada dasar berpasir atau lumpur. Lamun memiliki bentuk seperti rumput tinggi atau alang-alang yang hidup dalam air. Hamparan lamun biasa ditemukan pada perairan yang dangkal dan tenang diantara garis pantai dan terumbu karang.
         Peranan padang lamun sangat besar terutama sebagai tempat hidup, mencari makan, membesarkan anak dan lain sebagainya, selain itu lamun adalah sumber karbonat bagi perairan, penahan ombak dll
         Pengamatan yang dilakukan oleh Tim RPTN (RPTN, 1997) menemukan 10 spesies yang tersebar di seluruh kawasan Taka Bonerate. Jenis Lamun yang paling dominan adalah Thalassodedendron ciliata, Halophila ovalis, Cymdocea rotuda, Cymdocea serrulata, Thallasia hemprichii and Enhalus acoroides . Jenis lain yang tidak jumpai namun dalam skala yang kurang adalah Halophila minor, Syringodium, Halodhule spp .
          Sedang penelitian yang dilakukan Tim Zonasi PSTK-UNHAS (2001) di Taman Nasional Laut Taka Bonerate menunjukkan bahwa terdapat 9 spesies lamun dari 6 genera atau 75% dari jumlah spesies yang ada di Indonesia (12 spesies: Azkab, 1999).
         Jakarta, Kompas - Perhatian terhadap ekosistem padang lamun (seagrass beds) masih sangat kurang dibandingkan terhadap ekosistem bakau (mangrove) dan terumbu karang (coral reefs). Padahal, lestarinya kawasan pesisir pantai bergantung pada pengelolaan yang sinergis dari ketiganya. Terlebih, padang lamun merupakan produsen primer organik tertinggi dibanding ekosistem laut dangkal lainnya.
         Demikian disampaikan peneliti spesialis padang lamun Drs M Husni Azkab APU dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dalam lokakarya "10 Tahun Pengelolaan Lingkungan Pesisir dan Laut di Indonesia", diselenggarakan Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor di Jakarta, Senin (20/10).
         Padang lamun merupakan bentangan tetumbuhan berbiji tunggal (monokotil) dari kelas angiospermae. Lamun adalah tumbuhan air yang berbunga (spermatophyta) yang hidup dan tumbuh terbenam di lingkungan laut, berpembuluh, berdaun, berimpang, dan berakar. Padang lamun merupakan produsen primer di laut yang produktivitas organiknya sangat tinggi dibanding bakau dan terumbu karang. Lamun terbentang pada kedalaman 0,5-20 meter setelah bakau, baru kemudian terumbu karang.
         Pakar lamun dari PPO LIPI Husni Azkab kepada Pembaruan mengatakan, keberadaan lamun sangat bermanfaat bagi ikan, udang, serta kepiting untuk bertelur dan tempat bermain ketika masih berbentuk benih. "Lamun merupakan sumber makanan bagi banyak hewan laut seperti duyung, penyu, ikan, udang, dan bulu babi. Banyak jenis tumbuhan dan hewan menggunakan lamun sebagai tempat tinggal dan berlindung dari hewan-hewan.pemangsa,".ujarnya.

         Menurutnya, padang lamun merupakan salah satu ekosistem laut terkaya dan paling produktif jika dibandingkan dengan produktivitas dari hasil usaha pertanian tropis. Salah satu fungsi lamun adalah menjaga atau memelihara produktivitas dan stabilitas.pantai.pesisir.dan.ekosistem.estuaria.

         "Kondisi ekosistem padang lamun, bakau, dan terumbu karang sangat mempengaruhi kelestarian kawasan pesisir. Terabaikannya salah satu dari tiga ekosistem akan mempengaruhi yang lain dan kawasan pesisir keseluruhan," ujar Husni.
          Ia menyayangkan, perhatian terhadap ekosistem padang lamun masih sangat minim. Hingga kini belum ada penetapan ukuran baku ambang kerusakan ekosistem lamun, padahal untuk bakau dan terumbu karang sudah ada. Peneliti dan universitas di Indonesia yang menaruh perhatian pada ekosistem lamun juga masih dapat dihitung dengan jari.
         Dengan belum adanya penetapan ukuran baku tersebut dikhawatirkan kerusakan ekosistem lamun terlupakan, tidak terkontrol, lalu tiba-tiba kondisinya sudah seburuk terumbu karang dan bakau. "Bentangan padang lamun di Indonesia diestimasikan sekitar 3 juta hektar, mungkin sekitar 10 persennya sudah rusak," kata Husni.
         Seperti terumbu karang dan bakau, Husni mengatakan rusaknya ekosistem lamun umumnya disebabkan oleh aktivitas manusia. Misalnya, reklamasi pantai, pembangunan real estat pinggir laut, pengurukan, buangan limbah industri, limbah rumah tangga atau sampah organik, serta limbah minyak. "Di Kepulauan Riau sudah rusak, paling parah di Jawa, reklamasi di Teluk Banten juga merusak lamun," ucapnya.
         Sebagai produsen primer, lamun sangat tinggi keanekaan biotanya. Padang lamun menjadi tempat perlindungan dan tempat menempel berbagai hewan dan tumbuhan laut (algae). Lamun juga menjadi padang penggembalaan dan makanan dari berbagai jenis ikan herbivora dan ikan karang.
         "Banyak penelitian yang menunjukkan korelasi kuat antara penurunan produksi perikanan di suatu daerah dan penurunan kualitas padang lamun," kata Husni.
         Studi yang pernah dilakukan di Kepulauan Riau, nilai ekonomi perikanan yang terkait ekosistem lamun tahun 1997 sebesar 3.858,91 dollar AS per hektar per tahun. (B14)


0 komentar:

Posting Komentar